Setiap Bulan Adalah Ramadhan ?

(judul di atas tidak akan saya dedikasikan sebagai quote yang berdasarkan hadits dari Rasulullah karena hadits yang matannya agak-agak mirip judul di atas memang dhaif menurut pendapat yang paling kuat)
Ramadhan 1431 sudah berlalu. Prestasi tilawahku biasa saja sebenarnya. Gak sampe khatam beberapa kali seperti tahun-tahun lalu. Tapi yang membuat bangga adalah semua tilawahku ramadhan ini dilakukan dalam kondisi suci, dan sikap baca yang serius. Tidak seperti tahun lalu yang tilawah terus di mana saja, mau di kereta, di kantor, di jalan dll.
Alhamdulillah, juga ramadhan ini aku bisa full di rumah terus bareng keluarga karena sudah lulus kuliah dan tidak ada kerjaan yang perlu sampai lembur lagi. Sahur sudah jelas di rumah. Buka puasa ... alhamdulillah cuma pernah dua atau tiga kali menjumpai waktu adzan maghrib di luar pagar rumah. Inilah keuntungan naik kereta komuter. Dari 12 orang satu tim di kantor paling cuma dua atau tiga saja yang bisa buka di rumah. Yang lain..., kena macet semua. Padahal mereka keluar kantornya kadang lebih cepat dari aku.
Anakku, Zaid juga menunjukkan peningkatan di ramadhan ini. Shalat tarawih (tawarih kata Upin dan Ipin hehe) bisa genep semua sampai selesai 11 rokaat. Walaupun mengeluh capek dan ditawarin untuk duduk aja. Ternyata dia ikut lagi-ikut lagi. Dibandingkan dengan teman-teman sebayanya yang pada berlarian ga jelas, Zaid terlihat lebih serius dan tekun. Selama 30 hari Ramadhan, Zaid paling cuma tidak ikut tarawih beberapa malam saja. Itu pun bukan karena malas atau capek. Tapi karena sudah tidur atau karena tidak ada yang ngajak (orang tuanya ada acara tarawih di masjid lain yang jauh).
Kalo adiknya Zaid, si Inan sudah ikut tarawih juga. Tapi dia cenderung nggak tekun ikut sholat. Dia tetap berdiri di tempatnya sih (nggak jalan-jalan kayak anak-anak lain) tapi kadang masih tidak ikut ruku' dan sujud. Paling kalo sudah rakaat terakhir dia ikut tasyahud dan salam. Eh, si Inan ini pernah dua kali ngompol pas tarawih. Pertama di Masjid UI, sampai bundanya gak bisa ikut sisa tarawih dan witir. Kedua pas sudah pulang kampung di Masjid Mbalong, Geneng, Ngawi. Yang kedua ini yang kerepotan ayahnya karena Inan sholat di tempat cowok.
Setiap malam after tarawih aku dan istri biasanya lomba tilawah (bukan lomba beneran sih, tapi begitu kata Zaid kalo liat ayah dan bundanya tilawah bareng). Kalau kami lagi tilawah, Zaid dan Inan pasti minta disetelin murottal anak. Mereka begitu asyik mengikutinya, Alhamdulillah. Sampai akhir Ramadhan Zaid sudah hafal sampai Al Humazah. Dia sudah melampaui target hafalan di sekolahnya.

Nah, sekarang, setelah selesai Ramadhan bagaimana nih.
Aku diam-diam sudah membuat program untuk menjadikan semua bulan di luar Ramadhan menjadi sekhusyuk Ramadhan. Shalat jamaah di Mushola atau Masjid. Sibuk ngatur jadwal puasa senin kemis, tengah bulan dan puasa sunah lain. Satu hari satu jus. Nyetelin murottal anak, menjaga hafalan anak dan menambah hafalan anak (lha hafalanku sendiri gimana??). Sholat malam sekalian sahur kalau bisa. Pulang kantor tidak terlalu malam.
Insya Alloh dengan program-program tersebut kekhusyukan rumah akan terus terjaga sehingga setiap Bulan akan menjadi Ramadhan di rumahku... Amiin.