Wednesday, October 27, 2010

Semoga Mbah Maridjan Meninggal Dalam Keadaan Baik

Media massa melaporkan bahwa mbah maridjan meninggal dalam kondisi sujud. Karena beliau sudah meninggal maka tidak layak jika kita menyinggung kekhilafan atau kesalahan yang mungkin pernah beliau lakukan. Selayaknya kita doakan saja beliau:

Pertama, kita doakan saja semoga berita yang disampaikan di tv bahwa mbah maridjan ditemukan sujud menghadap utara itu keliru.

Kalaupun berita itu ternyata benar, mari kita doakan semoga arah hadap yang “aneh” itu disebabkan karena hembusan awan panas. Kita berprasangka baik bahwa mbah maridjan semula menghadap ke kiblat, namun karena dihembus awan panas maka jasadnya bergeser sehingga arah hadapnya bergeser ke utara.
Kedua, mari kita doakan semoga pada akhir hayatnya mbah maridjan telah menyadari bahwa tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam hal maksiat kepada Alloh.

Menjaga keselamatan diri sendiri adalah perintah Alloh (Al Baqoroh: 195: … dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan…). Sultan Hamengkubuwono IX (semoga Alloh mengampuni beliau) adalah makhluk. Tidak ada ketaatan terhadap makhluk dalam hal yang melanggar perintah Alloh.

Ketiga, mari kita doakan semoga pada akhir hayatnya mbah maridjan sebenarnya sudah hendak turun mengungsi. Semoga pada akhir hayatnya Alloh memberi kesadaran mengenai inti ayat surat Annisa: 97: “Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?". Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". Orang-orang itu tempatnya neraka Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali.”

Ketika kaum Muslimin mengalami bahaya yang tidak bisa diangkat kecuali dengan berhijrah, maka hijrah menjadi wajib. Jika seseorang meninggal karena tidak mau berhijrah, maka Alloh mengistilahkan mereka sebagai orang yang menganiaya diri sendiri dan diancam dengan neraka Jahannam.

Dalam hal Merapi ini, Pemerintah sebagai ulil amri kita juga sudah mewajibkan penduduk sekitar Merapi untuk berhijrah sementara ke tempat yang lebih aman. Bagi orang-orang tua, anak-anak dan orang yang lemah pun sudah disediakan fasilitas transportasi. Tidak ada alasan sama sekali untuk tidak mengungsi.

Saya berprasangka baik bahwa pada akhir hayatnya sebenarnya mbah maridjan sudah menyadari perintah Alloh tersebut dan hendak mengungsi. Namun karena awan sudah dekat, akhirnya qodarullah ajal menjemput.

No comments:

Post a Comment