Tuesday, October 19, 2010

Ke Observatorium Bosscha

“Kamu kursus, ya?”

“Kursus apa, bos?”

“Kursus xxx.”

“Di mana?”

“Di Lembang.”

“Siap!” Jawabku akhirnya dengan bersemangat.

Gak peduli kursusnya tentang apa. Gak peduli materinya kayak apa. Selama kursusnya di Lembang aku pun bersemangat.

Sebagai penggemar astronomi, lembang adalah ibukota. Tempat segala mimpi berlabuh. Walaupun menurut ukuran dunia observatorium bosscha hanyalah sebuah observatorium sederhana dan bahkan banyak astronom-astronom amatir yang memiliki teleskop yang lebih canggih daripada sebagian teleskop di bosscha (kecuali tentunya teleskop utama 60 cm), namun lembang dan bosscha khususnya tetap memberikan sensasi tersendiri bagi para penggemar astronomi Indonesia.

Singkat cerita aku pun nyampe di tempat kursus di Lembang. Tepatnya di Kampoeng Legok.
Tempat kursus xxx

Kursus dilakukan 3 hari. Hari pertama serius kursus. Hari kedua juga masih serius. Selesai kursus hari kedua sekitar jam 3 sore. Langsung aku tancap dari Kampoeng Legok ke Bosscha.

Sampe sono ternyata sudah tutup untuk umum. Jadilah aku cuma berkeliling mengambil beberapa foto.

Kubah utama pas hari pertama
Hari ketiga Alhamdulillah kursus cuma setengah hari, setelah makan siang aku langsung nyamperin bosscha lagi.

Sampe di sono ternyata lagi ada kunjungan mahasiswa dari universitas antah berantah dari luar jawa (nama universitasnya aku lupa). Para pengunjung sudah masuk ke dalam observatorium. Dalam kondisi seperti itu sebenarnya observatorium tidak menerima pengunjung lagi.

Sebenarnya aku kenal seorang pejabat di observatorium itu. Tapi aku nggak mau menggunakannya untuk “memaksa” masuk ke observatorium. Biarlah aku di luar saja, begitu pikirku.

Akhirnya aku pun hanya tawaf sekali kemudian duduk undak-undakan sebelah pintu masuk.

Pas lagi duduk ada salah satu dosen pengunjung yang keluar. Eh, setelah ngobrol basa-basi dan aku merasa sok akrab, aku pun mengikutinya masuk. Sampai di dalam aku kembali ragu-ragu. Eh, tahu-tahu aku diajak masuk ama beberapa pengunjung di situ.

Aku pun tidak menyianyiakan kesempatan itu. Aku pun mengambil beberapa foto di dalam. Berbeda dengan para pengunjung yang rata-rata hanya membuat foto narsis, aku lebih tertarik untuk mendokumentasikan detail teleskop utama semampuku tentunya.

Kubah utama, sedang ada kunjungan jadi dibuka sedikit

Teleskop utama Zeiss 60 cm

Tangga ke semacam mezzanin

Eyepieces

Landasan tempat berpijak yang bisa dinaik turunkan sesuai kemiringan teleskop utama sehingga mata pengamat bisa diatur pas dengan eyepieces

Mountingnya gede

Nih, poros mountingnya

Kelihatan rantai yang bisa menaikturunkan landasan pengamatan
Selesai mengambil foto aku masih sempat ngobrol dengan pemandu – seorang mahasiswa jurusan astronomi. Sok akrab aku pun menanyakan beberapa kenalanku orang astronomi ITB.

Kami semua keluar. Rombongan mahasiswa antah berantah beranjak ke ruang multimedia. Aku ditawari untuk ikut, tapi dengan sopan aku menolak. Sudah cukup baik rombongan itu mengajak aku masuk ke kubah utama, tidak perlu lah aku menambah budi dengan ikut nonton multimedia.

Aku pun pulang setelah membeli beberapa buku sebagai cenderamata.

Di Kampoeng Legok kondisi masih pada sepi. Kebanyakan teman-temanku pada turun ke Bandung. Hanya aku yang tertarik untuk bolak-balik ke Bosscha, dan nggak turun ke Bandung.

Diambil dari situs bosscha
Oh iya di Bosscha juga ada obelisk lho. Kecil sih, tapi setidaknya sudah membuktikan jejak-jejak freemason Belanda di Bandung.

No comments:

Post a Comment