Sunday, October 17, 2010

Kukusan Kelurahan, Dulu dan Kini

Kukusan kelurahan (atau disingkat kukel) adalah istilah orang UI, mahasiswa, tukang ojek dan warga sekitar untuk menyebut satu kawasan di belakang UI, yang keluar dari arah stadion, sebagai kawasan kos-kosan. Kawasan di situ disebut kukusan kelurahan karena terletak di kelurahan kukusan dan di jalan utama di situ terletak kantor kelurahan kukusan. Pada dasarnya kawasan kos-kosan di kelurahan kukusan ada dua: kukusan kelurahan dan kukusan teknik. Jalan utama kawasan kos-kosan ini adalah Palakali.

Menurut cerita, jaman pertama kali ada UI, sebelum saya pertama kali kuliah di UI, kos-kosan masih jarang di situ. Pemerintah membantu warga sekitar dan mahasiswa dengan membangunkan kos-kosan yang disebut dengan Rumah Petak Tumbuh (RPT). Bentuk dasar RPT ini adalah bangunan kira-kira 10 x 10 meter dengan empat pintu. Di satu sisi dua pintu dan di sisi sebaliknya dua pintu lainnya. Di sampingnya terdapat dua kamar mandi.

Pembangunan RPT ini dibiayai dengan kredit lunak yang setelah saya telusur-telusur sepertinya terkait dengan KLBI kredit mahasiswa. Seingat saya waktu saya mengolah data KLBI memang sepertinya ada beberapa akun KLBI kredit mahasiswa ini, namun saat ini saldonya sudah nihil.

RPT ini tersebar di kawasan kukusan kelurahan, bukan hanya di sekitar Palakali saja. Tapi sampai masuk ke pedalaman. RPT yang bentuknya masih bisa dipertahankan sampai sekarang ada di dekat rumah saya, bekas milik Pak Asmira (salah satu tokoh masyarakat di RT 4, RW 7), di belakang kos-kosan saya dulu milik Pak Ibrohim (sesepuh masyarakat RT 1, RW 7), di dekat kuburan di tanah yang seingat saya milik Pak Haji Nuh (kepala desa terakhir Kukusan sebelum menjadi kelurahan dan dipimpin lurah), di belakang Pondok Kukusan.

Salah satu RPT yang bentuknya masih orisinil dan lumayan terawat.
Warna pintu dan kayu-kayu sudah dirubah lebih cerah.
Sebagian besar RPT itu sekarang sudah beralih menjadi rumah warga atau dikontrakkan untuk keluarga dengan beberapa modifikasi bangunan (misalnya tembok-temboknya dijebol untuk dibuat pintu antar ruangan). Nyaris tidak ada yang tetap menjadi kos-kosan mahasiswa.

Menurut cerita orang-orang, waktu mahasiswa masih banyak kos di RPT, mahasiswa boleh dibilang sangat dekat dengan masyarakat. RPT dibuat di tanah-tanah warga setempat dan terpencar-pencar seolah menyatu dengan pemukiman warga setempat. Selain itu, bentuk asli RPT yang “terbuka” (berbeda dengan bentuk kos-kosan sekarang dengan tembok tinggi dan satu pintu masuk yang “harus” selalu ditutup) membuat mahasiswa mau tak mau bersosialisasi dengan warga. Tidak heran jika saat itu mahasiswa bisa sampai ikut kegiatan karang taruna.

Pada saat saya mulai kuliah di UI akhir dan pindah dari asrama UI ke kos-kosan di kukusan kelurahan (sekitar 90 an akhir) bisa dibilang saat itu sebagai masa peralihan dari periode berjayanya RPT ke berkembangnya kos-kosan profesional. Saya sendiri tinggal di kos-kosan yang lumayan profesional. Namun di belakang kos-kosan saya ada RPT yang ditinggali teman saya. Kos-kosan profesional saat itu juga masih belum begitu banyak.

Palakali raya sebagai jalan raya utama di kukusan kelurahan juga masih sangat sepi. Saya biasa melewati jalan utama itu dengan santai. Bahkan terkadang bersama teman-teman saya satu kos bisa berjalan bertiga atau lebih sampai separuh badan jalan.

Berbeda dengan keadaan sekarang yang sudah dipenuhi motor yang ngebut-ngebut. Tidak mungkin lagi mahasiswa sekarang bisa berjalan di palakali dengan santai dan bersenda gurau.

Bersambung...

No comments:

Post a Comment