Thursday, October 7, 2010

Pleiades, Dulu Hingga Kini

Title blog ini menyebut mengenai Sirius. Namun foto yang dipasang di latar belakang judul justru foto gugus bintang Pleiades. Karena Sirius sudah dijelaskan di posting sebelumnya, maka sekarang saya akan menjelaskan sedikit mengenai Pleiades.

Dulu, zaman belum ada bioskop, televisi, sinetron, dan infotainment, orang-orang masih suka memandang langit. Langit menjadi hiburan utama bagi mereka. Seolah-olah dari langitlah mereka mendapat tontontan dan hiburan. Tidak heran banyak mitologi-mitologi zaman dulu terkait dengan langit, bintang-bintang, bulan dan matahari.

Salah satu gugusan bintang yang menarik perhatian adalah Pleaides. Gugusan bintang tersebut diberi nama tersendiri karena memang sangat indah terlihat. Bintang-bintang yang terlihat kecil (walaupun semua bintang terlihat kecil, tapi bintang-bintang di gugusan Pleiades memang terlihat lebih kecil dibandingkan bintang lain) dengan magnitude paling besar hanya 2.86. Namun terlihat begitu cerah, kebiru-biruan dan jika langit kebetulan bersih (baik dari awan maupun polusi cahaya) maka akan terlihat seperti ada kabut atau nebula yang mengisi ruang antar bintang di gugus tersebut.

Di Yunani gugusan tersebut dikenal dengan nama Pleiades. Di Arab dikenal sebagai Ats Tsurayya, Di Persia dikenal sebagai Sorayya. Di Babilonia dikenal sebagai Mul Mul. Di India sebagai Krittika. Di Indonesia sebagai lintang Wuluh. Di Cina disebut Mao. Di Jepang disebut Subaru.

Sebagai wujud kekaguman atas gugusan yang indah ini, orang-orang dulu membuat mitologi untuk Pleiades bahkan mendewakan. Mitologi yang paling terkenal tentunya dari Yunani. Di sana Pleiades (yang berarti 7 perempuan bersaudara) diceritakan sebagai anak dari Atlas. Karena Atlasnya disuruh ngangkat langit dan karena dikejar-kejar oleh Orion akhirnya anak-anak perempuannya pada ngambek terus mau bunuh diri. Terus biar sama-sama senang akhirnya anak-anak perempuannya dirubah jadi bintang dan nempel di langit. Orion juga berubah jadi bintang dan sampai sekarang masih terus ngejar-ngejar Pleiades.

Nama Pleiades berasal dari Ibunya Pleione. Pleione adalah roh penunggu laut di sekitar wilayah Arkadia. Pleiades disebutkan juga terkait dengan kata berlayar dalam bahasa yunani. Kemungkinan terkait dengan kemunculan Pleiades yang menjadi tanda musim berlayar di laut Aegeia.

Di India Pleiades dianggap sebagai ibu dari Dewa Perang.

Dalam Islam, gugus Pleiades disebutkan walaupun tidak secara eksplisit dalam Surat Annajm (surat yang sama dengan ayat Sirius) ayat 1: “Wannajmi idza hawaa” (Demi bintang ketika terbenam). Ibnu Abi Najih menceritakan dari Mujahid: "Yang dimaksud dengan An-Najm adalah bintang tujuh (Tsurayya) yang hilang atau jatuh bersamaan dengan terbitnya fajar." Demikian yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Sufyan Ats-Tsauri, serta menjadi pilihan Ibnu Jarir.

9 bintang utama dalam gugusan Pleiades disebutkan berikut ini:

1. Maia (pertama dari 7 bersaudara Pleiades): magnitudo 3.86
2. Electra (kedua dari 7 bersaudara Pleiades): magnitudo 3.70
3. Taygeta (ketiga dari 7 bersaudara Pleiades): magnitudo 4.29
4. Alcyone (keempat dari 7 bersaudara Pleiades): magnitudo 2.86
5. Celaeno (kelima dari 7 bersaudara Pleiades): magnitudo 5.44
6. Sterope, Asterope (keenam dari 7 bersaudara Pleiades): magnitudo 5.64;6.41
7. Merope (termuda dari 7 bersaudara Pleiades): magnitudo 4.17
8. Atlas (ayah 7 bersaudara Pleiades): magnitudo 3.62
9. Pleione (ibu dari 7 bersaudara Pleiades): magnitudo 5.09

Perkembangan astronomi saat ini sudah mengungkap keberadaan Pleiades sebagai sebuah Open Cluster (yaitu kelompok bintang yang berdekatan dan diindikasikan berasal dari kabut antarbintang yang sama dan berusia hampir sebaya). Bintang-bintang yang menyusun gugusan itu memang bintang yang berjarak relatif dekat (jadi bukan hanya kelihatan dekat secara relatif dari bumi). Pleiades terdiri dari bintang-bintang remaja yang berusia sekitar 100 juta tahun yang lalu.

Kabut yang terlihat menyelimuti gugusan itu semula diperkirakan sebagai sisa-sisa pembentukan gugusan Pleiades. Namun penelitian belakangan mengungkapkan bahwa kabut itu tidak terkait dengan pembentukan gugusan Pleiades. Gugusan bintang tersebut hanya kebetulan melewati kabut.

Pleiades benar-benar gugusan yang mempesona dilihat dari semua sisi. Sisi sejarah kemanusiaan, sisi keindahan dan sisi ilmiah astronomis. Bagi saya, walaupun tidak begitu mendalami astronomi dan antropologi, namun Pleiades tetap memberi pesona yang tak habis-habisnya. Blog saya, baik blog lama maupun blog yang sekarang semua saya hiasi dengan Pleiades.

1 comment:

red said...

halo. link blogmu sudah saya tambatan di annunaki. pls check di sidebar section A

Post a Comment