Monday, October 11, 2010

Sisi Tersembunyi dari Kampus Universitas Indonesia - 2

Lanjutan dari sini

Setelah melewati sungai kecil kita akan menjumpai jalan setapak kecil. Dulu jalan setapak ini dipaving block dengan rapi termasuk beberapa kursi beton di beberapa tempat sebagai bagian dari hutan kota Wales Barat. Tapi sekarang, hutan kotanya saja sudah begitu liar. Paving blocknya sudah nyaris tidak terasa. Jalan setapak sudah rusak di sana sini. Kawasan ini sudah bukan lagi tempat jin buang anak, bahkan sudah menjadi tempat murderer membuang victimnya.

Siang-siang saja daerah sini sudah sunyi sepi tidak terambah, bahkan oleh penggila sepeda gunung off road pun. Apalagi malam-malam. Jadi inget jaman dulu aku – dengan polosnya – pulang jalan kaki malam-malam jam 10-an dari Pusgiwa (dekat stadion) ke Asrama UI di ujung utara kompleks UI ini lewat kawasan hutan kota ini. Alhamdulillah gak ada apa-apa. Bukan masalah serem hantu (kalo hantu sih, Insya Alloh aku dikaruniai Alloh tidak berbakat melihat yang kayak gitu-gitu). Yang lebih berbahaya justru setan berwujud manusia. Denger-denger jaman dulu sudah ada beberapa korban tukang ojek yang dirampas motornya di kawasan situ.
Ah, jadi melantur ke mana-mana. Kembali ke rute sepedaanku. Beberapa puluh meter setelah masuk jalan setapak itu, kita akan menjumpai simpang empat. Secara resmi (yang dikasih paving) sebenarnya simpang tiga, ke kanan dan ke kiri. Tapi orang-orang yang lewat situ dengan kreatifitasnya membuat jalan terabasan baru lurus. Antara lurus dan ke kanan tujuannya sama. Tapi kalo ke kanan agak lebih jauh karena memutar. Kalo ke kiri jalan setapaknya menuju ke kuburan lama.

(buat yang belum tahu di dalam hutan wales barat ada kuburannya lho)

Jalan setapak yang ke kuburan dalam hutan UI
Ambil jalan tanah yang lurus terus mentok sampe ketemu jalan setapak paving blok lagi belok kiri menuju danau. Sebelum jalan setapak menurun ke bendungan antara Situ Ulin dan Situ Salam kita akan menjumpai menara pandang.

Dulu aku sempat tertarik sama menara ini buat dibikin tempat stargazing. Tapi dipikir-pikir kayaknya konstruksi besi-besinya sudah lewat masa jayanya 10 tahun lalu. Akhirnya gak jadi deh. Lagian serem juga kalo stargazing di situ malem-malem (ya iya lah, mosok stargazing siang-siang). Selain masalah hantu, kalo stargazing malem-malem dan kena apa-apa (misalnya jatuh, kepleset kepatok uler) kan bahaya. Kalo pun ada orang yg bisa nolong paling para pemancing mania.

Menara pandang
Nah setelah menuruni jalan setapak, sampelah kita di bendungan antara Situ Ulin dan Situ Salam. Kebetulan pagi itu bendungan itu lagi ramai pemancing.

Danau Salam dari arah bendungan. Kelihatan beberapa pemancing lagi sarapan mujaer bakar

Danau seperti ada pulaunya di tengah. Yang kiri itu hollywood UI.
(danaunya kotor banget)
Kalo kita melihat ke arah Situ Ulin kita akan melihat seolah-olah ada pulau di tengah danau. Sebenarnya bukan pulau, tapi danaunya memang bercabang. Yang kiri adalah danau Ulin sisi Hollywood UI dan yang kanan adalah danau Ulin yang berhubungan dengan danau Puspa.

Jaman dulu aku sering menyepi ke daerah ini. Bukan ke daerah bendungannya, tapi jalan lagi menelusuri tepi danau. Benar-benar sepi dan nyaman. Serasa di Shambala. Tapi sekarang, bwuahh, danaunya isi sampah doang.

Menyeberang bendungan kita akan menanjak menuju hutan di belakang mako Wira Makara. Dari semua jalan yang saya lewati, mulai dari jalan ke Hollywood UI, jalur trekking goweser di hutan depan teknik, jalan paving block ke danau, jalan tanah di belakang wira makara inilah jalan tanah yang paling becek, berair. Dan becek berairnya sepanjang jalan.

Sepanjang jalan setapak ini sepeda dituntun terus. Kondisi sepatu yang sudah licin sudah tidak cocok untuk dipakai nggenjot pedal yang juga mulai licin. Perlengkapan sepatu dan pedal saya tidak selengkap goweser profesional.

Lepas dari situ, seingat saya saya akan menjumpai lapangan sepak bola. Tapi lagi-lagi ternyata lapangan sepakbolanya sudah dikonversi jadi hutan.


Situs eks Lapangan Sepakbola
Lepas dari eks lapangan sepakbola, saya tinggal masuk ke jalan utama UI. Dari jalan itulah saya menggenjot sepeda dengan tenang pulang ke rumah.

2 comments:

ismi said...

lah jan, sepethil2 pisan >_<

Abraham said...

salam kenal. sy udh brpa kali bersepeda dihutan UI tp ga pernah tau daerah2 ini. tolong di guide dong.

Post a Comment