Wednesday, September 7, 2011

Fragmen dari Kos-Kosan Jalan ST

Lebaran kemarin – seperti biasa – aku mudik ke Banyumas. Kesempatan mudik kali ini aku gunakan untuk mengaduk-aduk arsip lama jaman SD, SMP, SMA. Sudah banyak arsip yang hilang atau rusak dimakan kutu buku. Tapi dari sebagian yang tertinggal pun sudah mampu membuatku cengar cengir sendiri.

Salah satunya aku menemukan naskah drama yang disusun berdasarkan kisah nyata kejadian pada suatu hari bulan Ramadhan di kos-kosan jalan ST (pas aku SMA). Nama tokoh dan kejadian dalam fragmen ini adalah nyata. Hanya saja bahasanya sudah ditranslate dari Bahasa Banyumas ke Bahasa Indonesia. Buat tokoh-tokoh yang terlibat dan kusebutkan di sini – di mana pun anda berada, silakan mengenang masa ini.

Untuk memperjelas cerita aku memberi tambahan-tambahan seperlunya dari teks asli yang ditulis dengan warna font yang berbeda. Nama salah satu tokoh diubah dari teks aslinya karena di teks aslinya yang digunakan adalah nama julukan yang sudah tidak sepantasnya lagi digunakan. Selain itu aku melakukan penyempurnaan tanda baca juga.

-------------- awal kutipan-------------
Prolog: Setting Segmen 1 Fragmen ini terjadi antara adzan maghrib dan adzan isya. Segmen 2 terjadi setelah tarawih sampai waktu tidur. Segmen 3 terjadi pada waktu sahur.

Dikisahkan bahwa sebelum segmen 1, salah satu tokoh utama yaitu Encap tidur nyenyak di kasur Aris, tetangga kamar kosnya. Tokoh Aris sendiri tidak muncul di sini. Kemungkinan dia sedang pulang ke Tambak.

Segmen 1
Fai        :  (berkata pelan kepada Encap yang masih tidur di kasur Aris) “Bangun!” (menggoyang-goyangkan kasur Aris lalu pergi meninggalkan si Encap menuju masjid untuk sholat maghrib)
Ketika Fai pulang dari masjid, dia melihat selain Encap yang masih terbaring, ada Imam (teman sekamar Aris) yang sedang membaca.
Imam    : “Belum buka puasa dia…. Gila bener.” (yang dimaksud adalah Encap yang masih terus tidur di kasur Aris dan belum buka puasa)
Fai        :  “Nih, lihat!” (melingkarkan badan Encap sampai punggungnya melengkung tajam. Tapi si Encap masih tidur juga)
Imam    :  “Bangun!”
Fai        :  “Kutarik satu tangannya!” (Encap masih tidur) “Tunggu!” (lalu berlari ke kamarnya mengambil gelas sisa air)
Fai meneteskan air satu per satu ke muka Encap, tapi dia masih pulas juga.
Fai        :  “Ah, sudahlah. Aku belum makan.” (sambil pergi berlalu)

Segmen 2
Makan dan tarawih berlalu, tapi Encap masih tenang-tenang di kasur Aris.
Ketika orang-orang pulang tarawih:
Imam dan Eri : “Ha… ha… ha…!” (tertawa dengan muka riang)
Karyo   :  “Jangan seperti itu, lah!”
Fai        :  (berlari mendekat) “Ada apa, sih?”
Imam    :  “Itu, tadi Karyo ruku’ sebelum waktunya.”
Karyo   :  “Lah, bagaimana? Lha wong, hujan. Nggak denger imamnya. Waktu ‘waladhdhoolliin’ gitu, aku kira imamnya sudah ‘Allohu akbar’. Langsung aku ruku’.”
Eri        :  “Lucunya, orang-orang di shof belakangnya Karyo ikut ruku’ juga.“
Fai        :  “Lha, kamu terus bagaimana, Yo?”
Karyo   :  “Ya, bangkit lagi.”
Imam    :  “Dasar Karyo.”
Fai        :  “Kenapa tiap hari di sini ada saja yang konyol , ya?”
Eri        :  “Kemarin saja si Encap jatuh terpelanting waktu akan masuk ruang utama masjid. Jamaah lainnya yang sudah shalat pun jadi menahan tawa.”
Fai        :  “Bagaimana Encap sekarang, ya?” (sambil berlari ke kamar Imam diikuti yang lainnya)
Karyo   :  “Gila!” (melihat Encap masih tidur)
Eri        :  “Imam, catur yuk!”
Imam menyetujuinya dan mereka langsung asyik bermain catur di kasur Imam yang ada di atas kasur Aris. Teriakan-teriakan riang pun timbul tenggelam dalam alunan musik dari radio Aris yang disetel keras oleh Fai yang sesekali cengar-cengir melirik Encap yang masih pulas.

Segmen 3
Sekitar jam tiga dinihari, Fai dibangunkan oleh weker Encap dengan lembut. Ketika keluar kamar, dia melihat teman-temannya sedang saling membangunkan. Segera ia ke kamar Imam.
Fai        :  “Bangun! Bangun!” (menggebrak meja)
Imam    :  (sambil bangkit dari kasurnya) “Ya… ya…!”
Fai        :  “Encap masih tidur nih, bagaimana?”
Imam    :  “Kali ini harus bangun!”
Di luar kamar, Eri dan Karyo sudah menunggu sambil cekikikan.
Imam    :  “Cap, bangun!” (sambil menggoyang tubuh Encap pelan)
Ajaib, Encap bergerak dan mulai bangun.

Epilog
Encap tidur dari sejak Ashar sampai waktu Sahur. Dia melewatkan buka puasa.
-------------- akhir kutipan ---------------------

Ini saya sertakan juga foto teks aslinya untuk segmen 2.

Sebenarnya cerita ini sangat sederhana. Tapi aku tetap menayangkannya karena termasuk rekaman otentik masa SMU.

No comments:

Post a Comment