Friday, December 31, 2010

Penguasaan Media oleh Zionis dan Iran vs Arab Saudi

Bagi para ikhwan-ikhwan penggemar teori konspirasi pasti sudah pernah mendengar The Protocols of the Elders of Zion atau lebih terkenal dengan nama Protokol Zionis. Salah satu isi dari protokol ini konon adalah penguasaan media. Karena kabar adanya protokol zionis itu kita jadi kehilangan kepercayaan kepada media massa. Siapa tahu media massa sekarang sudah seluruhnya dalam penguasaan zionis atau minimal tergiring untuk menyiarkan berita sesuai dengan keinginan zionis.

Salah satu berita terkait dunia Islam adalah mengenai Iran yang dikabarkan oleh media-media sebagai penentang Amerika Serikat. Di sisi lain ada juga berita mengenai Arab Saudi yang bersekutu dengan Amerika Serikat. Media massa Amerika Serikat yang notabene memang sudah dikuasai oleh zionis mengabarkan Iran sebagai teroris musuh bersama. Menanggapi berita di media massa Amerika itu, media massa di dunia Islam pun “tergiring” untuk memberitakan kebalikan dari media Amerika, yaitu Iran digambarkan sebagai kekuatan dunia Islam. Media massa Amerika Serikat memberitakan Arab Saudi sebagai teman Amerika di timur tengah. Selanjutnya media massa di dunia Islam “tergiring” untuk memberitakan kritik terhadap Arab Saudi yang dianggap “diam” terhadap problematikan dunia Islam. Akibat pemberitaan media itu pun masyarakat ramai-ramai membandingkan Iran dan Arab Saudi. Ahmadinejad digambarkan sebagai pemimpin yang berani dan sederhana, sementara pemimpin Arab Saudi digambarkan sebagai pengecut yang lebih suka hidup mewah.

Pernah nggak, kita berpikir. Jangan-jangan semua pemberitaan ini memang dikehendaki oleh zionis. Media, baik media di Amerika maupun di dunia Islam, semuanya digiring untuk membentuk pencitraan seperti ini. Iran digambarkan sebagai pahlawan sementara Arab Saudi sebagai pecundang. Padahal, Iran dikuasai oleh Syiah, sementara Syiah menurut sumber-sumber sejarah yang shahih adalah rekayasa oknum-oknum yahudi untuk memec ah belah Islam.

Dalam tulisan ini saya tidak akan membela mentah-mentah Arab Saudi. Memang, mungkin ada juga kesalahan-kesalahan di pihak Arab Saudi. Tapi menganggap Arab Saudi sebagai pecundang yang pengecut, bersekutu dengan Amerika, tidak mengetahui pendiritaan saudaranya, hubbudunya dan bahkan sampai dianggap kafir, saya kira sangat keterlaluan. Dengan segala kekurangannya, Arab Saudi adalah negara muslim Ahlussunnah, penjaga dua kota suci dari bid’ah-bid’ah, penyokong dakwah Islamiyah ke seluruh penjuru dunia.

Mengenai Iran, saya hanya tahu bahwa mereka beraqidah syiah dan cukup hal itu saja untuk memastikan bahwa kejayaan Islam tidak akan berada di tangan mereka. Bagaimana Islam akan ditegakkan dengan aqidah rusak seperti syiah. (mengenai kesesatan syiah silakan merujuk situs lain, misalnya http://www.hakekat.com/). Kesederhanaan dan keberanian seorang Ahmedinejad bukan jaminan kebenaran aqidahnya.

Wallahu a’lam.

1 comment:

abu zubair mahfuzh bin ruslan bin ghozali (widya nugroho) said...

mengenai "protocol of zion" ini juga ada situs (http://www.bibliotecapleyades.net/sociopolitica/secretsoc_20century/secretsoc_20century.htm) yg membahas dari sisi ekonomi....silahkan disimak:

"Berikan kepada saya kontrol mata uang sebuah bangsa dan Saya tidak peduli siapa yang membuat hukum!" Mayer Amschel Rothschild (1743-1812)

Rahasia pusat perbankan internasional, the House of Rothschild, diselubungi oleh misteri. Semuanya dimulai oleh Mayer Amschel Bauer, seorang Khazar atau Yahudi non-Ibrani, yang lahir di Frankfurt , Jerman tahun 1743. Di depan pintu rumahnya dia memasang sebuah red shield, lambang revolusioner kaum Yahudi Khazar dari Eropa Timur. Singkatnya setelah Mayer Amschel Bauer mengganti namanya menjadi Rothschild (dalam bahasa Jerman: Rotes Schild = red shield). Bisnisnya dikenal menjadi the House of Rothschild.

Mayer menikah dengan gadis berumur 16 tahun Gutele Schnaper dan menjadi ayah lima orang anak laki-laki dan lima orang anak perempuan. Nama anak-anaknya adalah Amschel, Salomon, Nathan, Kalman (Charles) dan Jakob (James).


Kepopuleran Rothschild menanjak ketika dia disenangi oleh Pangeran William X dari Hessehanau ketika bersama-sama menghadiri pertemuan Freemasonry di Jerman. Pangeran William, seorang teman dari keluarga Hanoverian, yang mendapat bayaran sejumlah besar uang dari raja Inggris (Hanoverian) dari menyewakan tentara bayarannya. Ini tentara bayaran yang sama yang memerangi pasukan George Washington di Valley Forge . Rothschild menjadi bankir pribadi William. Ketika William harus melarikan diri ke Denmark karena kerusuhan politik. Dia menyimpan uang untuk membayar gaji tentara bayarannya sebesar 600.000 pounds di bank Rothschild dengan maksud agar terjamin keamanannya. NATHAN ROTHSCHILD (anak tertua Mayer Amschel) membawa uang ini ke London dalam rangka membuka Bank di sana. Emas yang dipakai sebagai jaminan berasal dari the "East India Company".

Nathan mengambil keuntungan empat kali lipat dari hasil meminjamkan notes kepada the DUKE OF WELLINGTON yang dipergunakan untuk membiayai operasi militernya. Keuntungannya kemudian terus meningkat dengan cara menjual emas secara ilegal dengan alasan menjamin keamanan.

Ini merupakan awal kekayaan raksasa keluarga Rothschild. Kemudian mereka memulai operasi bank internasional dengan cara setiap anak-anaknya membuka Bank di berbagai negara. Amschel di Berlin, Salomon di Wina, Jakob di Paris dan Kalman di Naples. MAYER AMSCHEL ROTHSCHILD memikirkan bagaimana kekayaannnya harus ditangani dimasa yang akan datang. Dia mengelola aset dan anak tertua memutuskan suara berbeda dalam keputusan-keputusan penting. Semua uang harus disimpan secara sangat rahasia, terutama dari jangkauan pemerintah.

Diduga keras bahwa pada tahun 1773 MAYER AMSCHEL ROTHSCHILD mengadakan suatu pertemuan rahasia di sebuah rumah di Judenstrasse (nama jalan: Jalan Yahudi) di Frankfurt dengan dua belas orang kaya berpengaruh pendukung dana keuangan Yahudi (THE ELDERS OF ZION) membuat rencana bagaimana mengontrol seluruh kekayaan dunia. Menurut Herbert G. Dorsey, mereka berbicara mengenai fakta bahwa the Bank of England sudah membuat kontrol penting atas kekayaan Inggris, namun penting untuk kontrol sepenuhnya sebagai fondasi untuk mengontrol kekayaan dunia. Kemudian dimuat uraian ringkas dan dituliskannya.

Berpegang pada fakta-fakta Dorsey dan William Guy Carr (Pawns in The Game) menunjukkan hal ini merupakan rencana yang nantinya dikenal sebagai THE PROTOCOLS OF THE ELDERS OF ZION . Sebenarnya Protokol yang asli sudah ada beberapa abad yang lalu, tetapi nampaknya diolah lagi oleh Rothschild yang dengan demikian memberikan arti pentingnya Protokol. Dokumen ini dirahasiakan hingga tahun 1901, ketika jatuh ke tangan seorang profesor Rusia Sergei Nilus. Dia menerbitkannya dengan judul The Jewish Peril (Bahaya Yahudi). Dalam tahun 1921 Victor Marsden menterjemahkannya ke dalam bahasa Inggris dengan judul THE PROTOCOLS OF THE LEARNED ELDERS OF ZION .

semoga bermanfaat

Post a Comment