Sunday, December 19, 2010

Insiden Nurul Izzah

Malam sabtu kemarin aku melihat Nurul Izzah anaknya Anwar Ibrahim diwawancarai di Apa Kabar Indonesia Malam. Jadi inget lagi suatu insiden yang terjadi 10 tahun lalu waktu aku dan Nurul Izzah masih sama-sama lajang.

Waktu itu PKS lagi mengadakan Musyawarah Nasional di Hotel Bumi Wiyata Depok. Pada saat yang sama, beberapa pejabat Parti Keadilan Rakyat Malaysia sedang mengadakan kunjungan ke Indonesia yang antara lain untuk menyambung silaturahim partai-partai politik di Indonesia. Salah satu partai yang akan dikunjungi oleh PKR adalah PKS. Dan karena PKS sedang mengadakan Munas, kemungkinan besar pejabat PKR akan menghadiri Munas PKS.

Salah satu pejabat PKR yang datang ke Indonesia adalah Nurul Izzah. Dalam bayanganku kalau pejabat PKR akan menghadiri munas PKS berarti Nurul Izzah bakal hadir di Bumi Wiyata Depok. Aku jadi penasaran pingin ketemu Nurul Izzah. Apalagi tempat kosku di Kukusan hanya berjarak beberapa kilometer dari Bumi Wiyata. Akhirnya dengan tekad bulat, dan berbekal kamera analog pinjaman teman satu kos, aku pun berangkat ke Bumi Wiyata.
Waktu itu hari jumat pagi. Aku pun standby di pintu tenis indoor Bumi Wiyata tempat acara akan berlangsung. Selain tamu-tamu dari internal PKS ternyata memang ada tamu pejabat dari PKR. Aku pun menyiapkan kameraku.

Namun, ternyata tidak ada Nurul Izzah. Ada beberapa pejabat PKR yang hadir, salah satunya adalah ketua kepemudaan PKR, yang sempat aku jepret kehadirannya. Namun tidak ada Nurul Izzah. Timbul dugaan bahwa Nurul Izzah mungkin masuk lewat pintu lain, bukan lewat pintu utama yang crowded itu. Aku harus memastikan keberadaannya di dalam ruangan acara Munas.

Aku pun mencari akal. Kulihat bahwa yang bebas keluar masuk ruang acara adalah wartawan. Wartawan menggunakan tanda pengenal yang dikalungkan di lehernya. Kulihat beberapa wartawan tanda pengenalnya terbalik. Selain itu ada pula wartawan yang memasukkan tanda pengenalnya ke saku sehingga hanya terlihat kalungnya saja dari luar.

Aku mengaduk-aduk tas bulukku dan menemukan name tag bekas panitia suatu acara di Kampus. Kebetulan warnanya hampir mirip, hanya ukurannya saja yang agak lebih besar sedikit. Aku gunakan name tag itu secara terbalik sehingga tidak terlihat tulisannya, dan aku masukkan ke saku baju koko-ku sehingga hanya terlihat kalungnya saja dan sedikit tonjolan name tag di saku.

Dengan percaya diri aku melangkah masuk ke arena acara. Tidak ada anggota kepanduan (security) PKS yang mencegahku. Waktu aku sudah didalam sempat juga kepanduan yang terdengar berbisik-bisik ke temannya mengenai aku. Tapi kudengar temannya berkata “pers, pers”. Aman pikirku hehehe.

Di dalam kubuat beberapa foto mengenai para pejabat PKS dan PKR yang hadir. Tapi tetap saja tidak ada Nurul Izzah.

Aku pun keluar ke belakang panggung. Tepatnya di koridor yang menghubungkan tenis indoor dengan hotel. Waktu selesai acara, para pejabat PKS dan PKR lewat koridor ini untuk menuju hotel. Di koridor ini aku juga berhasil membuat beberapa foto pejabat. Tapi tetap saja tidak ada Nurul Izzah.

Aku pun masuk ke hotel lewat koridor itu. Sampai di lobby hotel kulihat beberapa gerombol orang dengan logat Malaysianya. Kelihatannya mereka adalah kerabat para pejabat PKR. Aku sempat menolong memotretkan mereka dengan menggunakan kamera digital. (itulah pertama kali aku menggunakan kamera digital. Waktu itu jarang sekali Indonesian yang hadir di Munas menggunakan kamera digital, namun Malaysian ini sudah pakai kamera digital semua). Tapi tetap saja, di hotel juga tidak kutemukan Nurul Izzah.

Aku pun ikut sholat jumat di tenis Indoor. Kubuat lagi beberapa foto selebriti partai. Selesai sholat jumat (dengan kecewa) aku pulang ke kosan dan makan siang. Selesai makan aku berangkat lagi ke arena Munas. Namun kali ini dengan semangat yang sudah sangat jauh berkurang. Soalnya sudah kecil kemungkinan aku bisa menemukan Nurul Izzah.

Aku masuk Bumi Wiyata dan lewat di depan Ruang Multimedia, yaitu ruang rapat tertutup Munas. Saat itulah kulihat sesosok akhwat dengan potongan kurus, baju kurung dan jilbab model Malaysia dan pasang tampang serius. Terkejut aku sadari bahwa itulah Nurul Izzah. Dalam keterkejutanku itu dengan sigap kuambil kameraku dan menjepret dua kali sebelum sosok kurus itu masuk ke sebuah Mobil Kijang. Menggelindinglah mobil itu keluar dari kompleks Bumi Wiyata.

Aku pun pulih dari keterkejutanku. Di sekelilingku hanya ada satu orang (sepertinya orang aammah) yang memotret, beberapa petugas dari PKS yang pasang tampang bingung dan seorang ustadzah (aku lupa namanya) pejabat PKS yang juga pasang tampang keras. Dari omongan orang-orang yang ada di situ sepertinya tidak ada yang memahami apa yang telah terjadi, mengapa dan untuk apa Nurul Izzah datang ke Munas PKS.

Bagiku, case had been closed nicely. Aku pun menghabiskan film kameraku dengan mengabadikan beberapa momen di Munas itu.

Beberapa hari kemudian aku cuci dan cetak foto jepretanku. Pas harinya mengambil, pegawai studio cuci cetak foto memberi tahu bahwa hanya sedikit dari foto jepretanku yang berhasil di cuci cetak. Sebagian besar terbakar.

Deg, aku pun khawatir jangan-jangan foto Nurul Izzah yang terbakar. Kucek saat itu pula di studio foto. Ternyata foto Nurul Izzah tidak terbakar. Bahkan, foto Nurul Izzah adalah foto paling tajam yang kubuat. Foto-foto lain cenderung kabur dengan pencahayaan yang parah. Tapi foto Nurul Izzah benar-benar tajam. Warna-warna cerah khas melayu di bajunya terlihat begitu jelas.

Beberapa hari kemudian aku renung-renungkan. Apa yang aku peroleh dari foto Nurul Izzah ini. Aku ingin ketemu Nurul Izzah, ingin mengabadikan kehadirannya, terus kemudian… apa...? Terus… so what? Apa gunanya buat aku. Aku malah takut, jangan-jangan inilah istidraj dari Alloh. Aku dibiarkannya dalam kesalahan sampai aku dapat yang aku inginkan. Tapi ya sudah setelah itu tidak ada apa-apa yang bisa kuperoleh.

Aku jadi terngiang-ngiang matan hadits yang sangat populer tentang niat: “Sesunggunya segala amalan itu tergantung pada niatnya. dan sesungguhnya bagi setiap orang apa yang ia niatkan. Maka barang siapa yang hijrahnya karena Allah dan rasulNya, ia akan sampai pada Allah dan RasulNya.dan barang siapa hijrahnya menuju dunia yang akan di perolehnya atau menuju wanita yang akan dinikahinya, ia akan mendapatkan apa yang dituju.”

Epilog:

Selanjutnya, foto Nurul Izzah itu sempat aku tunjukkan ke beberapa teman akhwat sebelum akhirnya saya buang entah ke mana (saya sendiri lupa). Jadi, maaf saja kalau di postingan ini saya tidak bisa menampilkan scan foto Nurul Izzah yang saya buat waktu itu.

Beberapa minggu setelah Munas, majalah Al Izzah memuat tulisan mengenai kehadiran Nurul Izzah ini. Disebutkan bahwa karena kehadiran Nurul Izzah yang mendadak ini maka PKS tidak sempat mengantisipasi dan hanya ada dua orang juru foto yang mengabadikan kehadirannya (salah satunya adalah aku hehe). Sebenarnya Nurul Izzah direncanakan akan ke DPP PAN siang itu. Tapi entah kenapa tiba-tiba sopir membawa Nurul Izzah ke Bumi Wiyata. Pantas, waktu itu muka Nurul Izzah waktu itu terlihat kesal dan orang-orang PKS terlihat bingung.

Benar-benar suatu insiden bagi PKS, bagi Nurul Izzah dan buatku.... Insiden Nurul Izzah

3 comments:

ismi said...

kan dikasihkan te2h, pas ayah mo nikah :lol:

faidzin said...

Oh, iya ya. Kelalen

ismi said...

tapi siki mbuh nang ndi kayane :D

Post a Comment