Tuesday, December 21, 2010

Karunia Perjumpaan Raihan

Kalau kemarin aku sudah bercerita mengenai teguran Alloh dalam Insiden Nurul Izzah, maka kali ini akan cuba berkongsi satu cerita yang bisa dikatakan sebagai karunia dari Alloh. Cerita yang bersetting bulan Desember 1999 ini terkait dengan Raihan, grup nasyid legendaris dari Malaysia.

Sebelum bernama Raihan grup ini bernama The Zikr. Pertengahan tahun 90 an The Zikr terbentuk. Kemunculan pertamanya dalam album adalah pada album Nadamurni: Munajat. Baik The Zikr maupun Nadamurni adalah kumpulan (grup) nasyid yang berafiliasi dengan harokah Al Arqam. Pada akhir tahun 90 an Al Arqam (khususnya pemimpinnya Abuya Ashaari Muhammad) terkena ISA (UU subversif Malaysia). Akibatnya Al Arqam Malaysia pun dibubarkan, termasuk kumpulan-kumpulan nasyid di bawahnya. The Zikr bubar dan muncullah Raihan. Nadamurni bubar dan muncullah Rabbani, Hijjaz dan Inteam.

Bagiku (waktu itu) The Zikr dan Raihan adalah kumpulan nasyid yang sangat berjasa. Nada-nada dari The Zikr-lah salah satu faktor yang memicu revolusi spiritualku waktu SMA dari anak yang jahil dan jauh dari Tuhannya menjadi anak yang terobsesi untuk mendekati Tuhan (waktu itu lewat IPNU dan “ekstrakurikuler” sufistiknya). Nada-nada dari Raihan-lah salah satu juga yang mengawalku tidak jauh melenceng di awal-awal masa kuliah sewaktu kehilangan pegangan karena ketidakpuasan manhajiyah terhadap NU. Karena jasa-jasanya itulah (waktu itu) aku sangat menghormati anggota Raihan (Nazri Johani, Che Amran Idris, Abu Bakar Md Yatim dan Amran Ibrahim).

Pada akhir tahun 1999 aku mendapat kabar bahwa Raihan akan tampil di Indonesia. Tepatnya pada acara Launching Pos Keadilan Peduli Ummat di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki. Aku pun berminat untuk hadir dan menghormati orang-orang yang berjasa untukku.

Hari yang ditentukan datang. Aku pun datang ke TIM dengan penampilan apa adanya, sandal jepit, tas hitam bulukan, pakaian seadanya yang penting rapi. Sampai di tempat aku beli tiket yang paling murah yaitu di tribun. Pikirku tidak apa aku jauh dari orang-orang yang berjasa buatku itu, yang penting aku bisa dapet pencerahan rohani lewat nasyid-nasyidnya.

Setelah mendapat tiket aku mengamati orang-orang yang datang. Semuanya berpenampilan bagus-perlente yang rapi. Pejabat PK dan PKPU beserta keluarga mereka, pikirku (waktu secara resmi aku bukan orang tarbiyah/PK). Kayaknya hanya aku yang penampilannya paling ndeso dan bukan aktivis dakwah sejati. Tapi biarin. Aku ke TIM cuma untuk menghormati kehadiran orang-orang yang menurutku berjasa dan mendapatkan siraman rohani lewat nasyid, bukan untuk peragaan busana.

Karena GBB belum dibuka, para penonton pun hanya berdiri di sekeliling pintu masuk GBB. Para pejabat yang jaim berbincang sesama mereka, mungkin dengan tema politik. Penonton lain yang tidak perlu merasa jaim melongok ke dalam pintu GBB. Mencari-cari siapa tahu ada salah satu personil Raihan.

Karena pintu masuk GBB sudah dipenuhi oleh para pejabat dan penonton lain yang perlente itu, aku akhirnya menyingkir agak jauh di emperan GBB dekat Bioskop TIM 21 sambil menunggu pintu GBB dibuka. Biarlah, gak melihat Raihan masuk ke GBB gak papa, toh nanti di dalem juga melihat. Di dekatku, kalo tidak salah ingat, hanya ada satu (calon) penonton yang nongkrong di emperan juga.

Sedang asyik-asyik nongkrong tiba-tiba keluar 4 orang dari gang di antara GBB dan bioskop TIM 21, di sebelah tempat aku nongkrong. Hanya 4 orang yang keluar, tidak ada yang lain, namun 4 orang itu membuatku terkejut. Kupandang 4 orang yang keluar, kok, mirip 4 anggota Raihan. Abang Nazri dengan senyum di muka bulatnya. Che Amran Idris yang berbadan kecil, Amran Ibrahim yang good looking dan Abu Bakar yang – qadarullah – kakinya agak cacat.

Dalam keterkejutanku itu aku langsung mengambil sikap sempurna penyambutan. Empat-empatnya kusalami secara berturut-turut. Dan jabat tangannya bukan jabat tangan model artis dan fans yang cuma nempel tangan sekilas saja. Tapi jabat tanganku seperti jabat tangan antar sahabat. Jabat tangan erat disertai salam dan senyum lebar. Empat jabat tangan erat, empat salam, empat jawaban salam dan empat senyum, sebelum keempat abangku itu masuk ke mobil entah ke mana.

Selain aku mungkin hanya ada 2 orang yang ikut menyalami keempat personil Raihan ini. Sementara gerombolan penonton yang berkerumun di pintu masuk utama GBB hanya bisa melihat dari jauh.

Tidak lama kemudian pintu masuk GBB dibuka dan semua penonton masuk. Mulailah acara. Raihan tampil dengan busana yang berbeda dengan yang tadi kutemui. Ternyata tadi pas keluar naik mobil itu Raihan lagi mau nyari baju hehehe.

Memang sekilas, pertemuan antara aku dan Raihan itu seperti pertemuan biasa antara artis dan fans fanatiknya. Tapi bagiku tidak sesederhana itu. Raihan telah membantuku dan mengawalku melewati masa-masa sulit dalam hidupku. Pertemuan dengan Raihan akan sangat membantuku meningkatkan semangatku dalam beragama.

Terbukti, beberapa bulan setelah itu, aku pun memantapkan diri untuk menjadi aktivis dakwah yang berkhidmat untuk agama dan ummatku. Terimakasih Raihan…

No comments:

Post a Comment