Monday, November 22, 2010

Sufisme Sebagai Pewaris Racun Kabbalah?

Ketika membaca-membaca beberapa literatur dan artikel mengenai kabbalah dan membuat tulisan yang saya muat di postingan sebelum ini, beberapa kali saya terhenyak. Saya kok, seperti merasa ada benang merah antara konsep-konsep yang saya baca mengenai kabbalah dengan agama sufi. Langsung saja ke poin-poin kemiripannya:

1. Esoterisme
Dua-duanya adalah paham esoteris, baik dari sisi apa yang dipelajari maupun bagaimana pembelajarannya. Dari sisi yang dipelajari keduanya mempelajari sisi-sisi hakikat, metafisik dan mistis dari ajaran agamanya atau apa yang diajarkan oleh kitab sucinya. Kedua-duanya sama-sama bermaksud untuk mencapai Yang Esoteris yaitu inti terdalam dari segalanya.
Dari sisi pembelajarannya, keduanya cenderung untuk membuat batasan-batasan kalangan internal dan eksternal. Dalam sufisme dikenal konsep tarekat yang menjadi batasan siapa yang mempelajari dan mengamalkan suatu jenis suluk dan siapa yang tidak. Di dalam tarekat mursyid mengajarkan secara langsung ilmunya kepada muridnya (dan tidak mengajarkan kepada yang bukan muridnya) sesuai dengan cara-cara internal yang dikenal dalam tarekat itu.
Sementara dalam kabbalah, seorang rabbi mengajarkan pengetahuan esoterisnya secara langsung kepada murid secara rahasia dalam arti tidak diketahui oleh pihak-pihak di luar sistem kabbalah.

2. Tingkatan pembelajaran
Dalam kabbalah dikenal 4 tingkatan pembelajaran sebagai berikut:
a. Peshat (secara harfiah berarti "sederhana"): yaitu interpretasi langsung dari makna-makna yang tersurat dalam kitab suci.
b. Remez (secara harfiah berarti "petunjuk-petunjuk"): yaitu makna kiasan atas apa yang tertulis.
c. Derash (secara harfiah berarti: "bertanya" atau "mencari"): arti yang umumnya hanya difahami rahib (arti midrashic), terkadang dengan perbandingan-perbandingan imajinatif dengan kata atau ayat lain.
d. Sod (secara harfiah berarti "rahasia" atau "misteri"): arti terdalam, esoteris (metafisik) yang ada dalam Kabbalah.

Pembagian empat tingkatan ini kok, hampir mirip dengan pembagian empat tingkatan dalam sufisme berikut ini:
a. Syariat yaitu hukum halal haram dan perintah-perintah yang ada secara tekstual dalam pembelajaran agama.
b. Thoriqot (yang secara harfiah berarti jalan) yaitu usaha salik dalam mencari makna yang lebih dalam melalui jalan-jalan ruhani umumnya melalui apa yang disebut tarekat.
c. Haqiqot yaitu derajat pengetahuan yang dicapai oleh mereka yang, melalui kontemplasi dan pengabdian terus menerus, telah naik ke persepsi sejati mengenai apa yang terlihat dan tak terlihat, sehingga dianggap telah mengetahui Tuhan, dan melalui pengetahuan ini (dia menganggap) telah bisa membangun hubungan istimewa dengan Tuhan.
d. Ma’rifat (yang secara harfiah berarti mengenal) yaitu tingkatan pengetahuan dimana orang telah bisa berkomunikasi langsung dengan Tuhan untuk memperoleh pengetahuannya.

Memang dalam hal tingkatan ini antara keduanya tidak persis sama, tapi setidaknya kita memperoleh gambaran kemiripan evolusi pengetahuan dari awam sampai pengetahuan kelas tinggi yang bahkan bisa dianggap divine.

3. Konsep penciptaan
Kabbalah mengenal konsep penciptaan dunia melalui pancaran ilahiyah dari Ein Sof yaitu satu sumber utama (causa prima) yang immanen ke dalam 10 pancaran yang disebut Sefirot. Dari Ein Sof memancar ke Sefirot dan kemudian dari Sefirot lahirlah dunia.
Sufisme mengenal konsep penciptaan dunia melalui nur Muhammad atau cahaya Muhammad. Berbeda dengan Islam yang meyakini bahwa yang diciptakan pertama adalah Qolam, Sufism meyakini bahwa yang pertama diciptakan adalah cahaya yaitu cahaya Muhammad yang diciptakan dari Dzat Tuhan atau dari Cahaya Tuhan (kata para Sufi). Selanjutnya alam semesta tercipta dari cahaya Muhammad tersebut.

4. Antara pencipta dan makhluk
Kabbalah meyakini bahwa semua yang ada di dunia ini berasal dari pancaran ilahiyah termasuk manusia. Manusia adalah ciptaan terbaik tuhan yang dalam tingkat evolutif tertingginya bisa menjadi divine juga dalam arti manusia dan ein sof menjadi manunggal.
Konsep ini mirip dengan manunggaling kawulo gusti atau wihdatul wujud ala Sufism yang meyakini bahwa segala yang terlihat nyata di dunia ini tidak ada yang nyata. Sehingga semua kenyataan harus dikembalikan yang awal dan akhir yaitu Tuhan. Dengan demikian yang wujud di semua tempat sebenarnya hanya Tuhan saja. Artinya manusia pun sejatinya tidak ada, yang ada hanya Tuhan.
Inipulalah yang melandasi pengakuan salik bahwa Tuhan meliputi manusia dan semua yang Ia ciptakan. Manusia berada dalam Kekuasaan Tuhan. Dan manusia tidak sedikitpun terpisah, karena memang Dia Sang Awal dan Sang Akhir tidak ada yang terpisah dari Dia. Dengan demikian ketika ada seorang berkata “aku tuhan” karena pengertian tidak terpisahnya (manunggalnya) atau leburnya wujud semu seorang manusia ke wujud nyata Tuhan maka dia benar – menurut penganut Sufisme.

5. Ilmu kebatinan
Kabbalah mengenal konsep kerahiban dimana rahib-rahib tertentu diyakini memiliki hubungan langsung dengan tuhan sehingga langsung mengajarkan ilmu yang diyakini dari tuhan tanpa perlu merujuk ke sumber primer dari nabinya yaitu Taurat. Dengan cara inilah Talmud ditulis. Talmud tidak ditulis di era Musa, tapi baru ditulis setelah hancurnya kerajaan-kerajaan Israel dan Judah. Talmud ini diklaim sebagai ajaran dari tuhan.
Sufisme mengenal konsep kasyf atau pembukaan tirai antara hamba dan Tuhan sehingga hamba bisa mendapat pengetahuan langsung dari Tuhan atau yang disebut Ilmu Laduni sehingga bisa mengajarkan sesuatu yang (oleh hamba itu) bisa langsung diatribusikan sebagai “dari Tuhan” tanpa perlu memperhatikan kaidah-kaidah ijtihad ilmiah yang diajarkan dalam syariat.

Perlu diperhatikan bahwa saya sebenarnya tidak ada kaitannya dengan sufisme, salik dan semacamnya. Saya membuat tulisan ini hanya sebagai curhat-an saya ketika saya merasa heran, “kok, mirip ya antara kabbalah dan sufisme.” Tulisan ini hanyalah perbandingan semata-mata. Masalah kesimpulan saya serahkan ke pembaca. Kalaupun saya membuat judul yang bombastis, itu hanya untuk tujuan meraih perhatian pembaca. Tidak ada maksud sama sekali untuk memastikan. Oleh karena itu saya memakai tanda-tanya di belakang judul yang maknanya saya hanya bertanya, tidak memastikan.

Wallahu a’lam

7 comments:

Andi said...

Saudaraku, bagaimana kita mengatakan sesuatu itu jelek, tanpa kita mengetahui dan mempelajarinya, dan apakah dengan membaca buku lalu mengklaim, bahwa sufi, tarekat dan tasawuf adalah ajaran terpisah dalam Islam, memang bener ada ilmu tak patut di ketahui oleh orang lain kecuali seorang murid terutama dalam ilmu ketuhanan agar tidak timbul fitnah dimasyarakat awam, namun sy balik bertanya apakah saudara sdh mengenal lebih dkt atau belajar ilmu tasawuf yang notabenenya adalah ilmu tentang akhlak, dan adab, baik itu kepada Tuhan atau manusia dan bagaimana kita dapat dicintai Allah dan merasa lebih dekat dengan Allah, saran saya, sebaiknya saudara tidak belajar dengan buku sebab semua buku itu belum tentu benar. Mari kita belajar tanpa harus memfitnah, bahwa sufi bukan Islam, tasawuf adalah sesat dan bid'ah, tanpa mempelajari apa sebenarnya ilmu tasawuf itu.

Andi said...

Jadi, sdhlah untuk apa diperdebatkan, sebab kebenaran itu milik Allah.

faidzin said...

Saya memang tidak berminat untuk memperdebatkan.
Sebenarnya sudah jelas bahwa saya tidak ada kaitannya untuk mendukung atau tidak mendukung sufisme.
Dalam tulisan di atas sudah saya tuliskan bahwa saya menulis hanya karena heran: "lho kok mirip ya".
Saya tidak memastikan bahwa sesuatu yang mirip kemudian menjadi sama buruknya.

dzuhrif said...

Assalamualaikum,
saya suka sekali blog ini. baru kali ini ada blog 'ahlussunnah' yg seperti ini. selain membahas tinjauan ilmiah syariat, juga membahas mengenai fitnah2 seperti ideologi kaballah yg biasanya dibahas oleh blog 'ahlulfitnah'. salut sekali, sekedar masukan, bisa gk avatarnya diganti dengan gambar non-mahluk-hidup?

semoga istiqomah

dzuhrif said...

akh, ada simbol sufi yang berbentuk bintang david. saya harap antum bisa buat analisis untuk simbol ini:
http://ibnuramadan.files.wordpress.com/2011/05/images.jpg
syukron

Ave Ry said...

Nice Share gan... semoga menjadi pengetahuan yang bermanfaat, jalan-jalan kesini juga ya http://al-ihtisyam.blogspot.com

Ariwanto Aslan said...

nyimak dulu ah

Post a Comment