Monday, June 6, 2011

Tempat Pe-naroh-an Anak

Umur berapa seorang bayi mulai dianggap “besar”? Kalo pertanyaan ini ditanyakan 30 tahun lalu, jaman saya masih bayi, mungkin jawabannya akan bervariasi mulai dari 1 tahun sampai 5 tahun. Variasinya tergantung orang tua. Kalo orang tuanya model ibuku yang protektif, posesif dan if if lain, maka sampai 5 tahun mungkin baru dibilang besar dan baru dilepas untuk di-momong orang lain atau saba sendiri. Tapi kalo orang tuanya model ibunya istriku, ya mungkin 1 tahun sudah dianggap gede dan sudah dilepas saba sendiri.

Tapi kalo pertanyaan “umur berapa bayi sudah dianggap ‘besar’” ditanyakan sekarang, maka jawabannya akan seragam: “dua bulan setelah lahir”.


Coba saja tanyakan ke newborn babies jaman sekarang, umur berapa mereka sudah harus mengurus “diri” dan “emosi” mereka sendiri terlepas dari “diri” (fisik) dan “emosi” orang tua. Jawabannya ya gitu “dua bulan setelah lahir”. Kalo pun ada variasi paling cuma sampai 3 bulan setelah lahir. Keseragaman ini berasal dari aturan-aturan employer baik di sektor swasta maupun pemerintah yang mengatur bahwa cuti melahirkan dibatasi sampai “dua bulan setelah lahir” (atau untuk beberapa perusahaan ada yang bisa sampai 3 bulan setelah lahir tergantung tanggal awal cuti melahirkan).

Mana yang lebih baik? Kalo aku membayangkan aku sebagai bayi, pasti aku menginginkan lebih lama diasuh full time oleh ibu. Tapi kalo ditanya ke orang tua jawabannya kayaknya bakal begini: “sebenarnya kasian juga sih anaknya, tapi bagaimana lagi, wong aturan perusahaannya begini. Lagian di rumah juga ada pengasuh.”

Kalo dulu jaman aku bayi, bayi-bayi taunya ya, bermanja sama orang tua atau main sama teman-temannya. Main begitu saja, lepas tanpa aturan macem-macem. Sekarang, karena bayi-bayi sudah harus dilepas dari orang tuanya sejak umur dua bulan, maka muncullah peluang bisnis baru bernama penitipan anak, play group, paud, toddler class, dll. Hakikatnya sih, sama saja: tempat naroh anak, sementara orang tua mereka bekerja.

Semua bersaing memperebutkan perhatian orang tua seolah-olah berebut mengklaim bahwa mereka akan memberi sama baik atau bahkan lebih dari yang bisa orang tua berikan pada anak-anaknya. Maka berkembanglah berbagai macam teori tumbuh kembang anak. Anak-anak yang ditaroh di tempat penarohan anak pun menjadi obyek eksperimen segala macam teori tumbuh kembang anak itu.

Terus bagaimana dong? Terserah pembaca. Aku nggak mau nerusin. Terserah aku. Blog, blog gw, terserah gw dong.

No comments:

Post a Comment