Monday, June 13, 2011

Faidzin's Biggest Secrets Finally Revealed

Walaupun terkesan sebagai anak lurus-lurus saja, masa kecil, remaja dan dewasaku sebenarnya juga memiliki sejumlah rahasia yang bisa jadi bukti bahwa aku sebenarnya gak lurus-lurus saja. Di sini aku akan mengungkapkan sedikit dari rahasia itu.

Aku berusaha agar rahasia yang akan diungkapkan di sini bukanlah rahasia yang bersifat aib, karena memang dilarang menceritakan aib yang telah ditutupi Alloh. Rahasia yang aku ungkapkan di sini hanya bersifat kebandelan anak-anak atau kebohongan strategis (halah, kebohongan kok strategis).



Mengapa diungkapkan ke publik? Karena sebagian dari kebandelan dan kebohongan yang aku ceritakan di sini terkait dengan kesalahan kepada pihak kedua atau ketiga yang sudah sulit minta maaf sekarang karena kendala ruang dan waktu, baik karena nggak tau sekarang di mana atau karena nggak tau bagaimana menghubungi lagi. Anggaplah postingan ini sebagai usaha untuk minta maaf kepada orang-orang yang kubohongi atau kubandelin.

1. Kemalasan berangkat ngaji waktu SD.

Kebandelan ini diceritakan karena memang sudah terlanjur terceritakan di postingan mengenai guruku dari masa ke masa. Setiap hari di waktu aku SD aku (seharusnya) berangkat ngaji ke rumah Pak Sono pada waktu magrib. Namun karena kebandelanku, aku sering nggak berangkat. Dari rumah aku memang berangkat, tapi sebenarnya aku ngumpet di salah satu tempat. Nongkrong sambil menunggu teman-teman ngajiku pulang. Setelah mereka pulang, aku pun pulang ke rumah berlagak selesai ngaji.
Aku mohon maaf pada Pak Sono dan orang tuaku atas kebandelanku itu.

2. Rekayasa pada saat tes siswa teladan SMP

Pada saat SMP aku menjadi salah satu wakil dari SMP 1 Banyumas untuk mengikuti seleksi siswa teladan tingkat Kawedanan (kalau tidak salah kawedanan). Aku ilfil banget dengan seleksi siswa teladan ini.
Sebelumnya pada saat SD aku sudah pernah mewakili SD ke tingkat kecamatan. Waktu itu aku lolos tes tertulis dan harus mengikuti tes praktek. Aku punya pengalaman gak enak dan nyebelin waktu tes praktek itu. Pengalaman buruk ini membuatku gak ingin mengikuti seleksi siswa teladan waktu SMP.

Untuk mengakali agar tidak lolos tes tertulis siswa teladan SMP, aku men-"salah"-kan beberapa jawaban di tes tertulis. Jumlah yang ku-"salah"-kan diatur agar tidak sampai malu-maluin SMP. Akhirnya aku memang tidak lolos tes tertulis dan hanya satu peringkat di bawah wakil Kawedanan. Lumayan lah gak malu-maluin SMP. Kawedananku pun akhirnya diwakili oleh siswa (laki-laki) dari SMP lain (untuk yg perempuan aku lupa).

Maaf untuk semua civitas akademika SMP 1 Banyumas atas kenakalanku ini.

3. Rekayasa pada saat tes tertulis SMA Taruna Nusantara

Atas permintaan orang tuaku aku mengikuti tes SMA Taruna Nusantara. Aku lulus di tingkat Kodim dan selanjutnya tes di tingkat Kodam. Aku sebenarnya males banget dengan SMA Tarnus. Aku bayangkan SMA Tarnus full militerisme, sementara aku nggak suka babar blas dengan militerisme.
Dengan maksud agar aku tidak lolos tes di tingkat Kodam, maka aku merekayasa jawaban di ujian tertulis.

Namun kali ini aku gagal melakukan rekayasa. Ternyata doa orang tua masih lebih perkasa daripada rekayasaku. Aku pun lulus ujian tertulis dan ikut ujian lanjutan. Pada saat dinyatakan lulus ujian tertulis inilah aku menyadari kesalahanku pada orang tua yang sebenarnya ingin aku lulus. Di tengah lapangan depan Balai Prajurit Semarang aku pun bertekat untuk mengikuti tes lanjutan sepenuh hati.

Aku pun mengikuti psikotes, tes kesehatan, dan tes samapta sepenuh hati. Namun apa daya, aku tetap gak lulus. Namun kali ini aku nggak lulus tanpa rekayasa. Alhamdulillah, semoga bisa menghapus dosaku rekayasaku sebelumnya.

4. Rekayasa pada saat tes Pegawai Muda BI

Aku pernah bekerja di BI. Aku masuk lewat jalur Pegawai Tata Usaha. Pada suatu hari ada tawaran dari BI agar kami yang masuk lewat jalur PTU bisa ikut tes calon pegawai muda.
Pada saat itu aku sebenarnya sudah nggak tertarik lagi untuk melanjutkan karirku di BI karena alasan tertentu. Namun aku tidak kuasa menolak bantuan dari bos-bos dan teman-temanku. Mereka lah sebenarnya yang antusias mendaftarkan aku ikut tes. Sementara aku-nya ogah-ogahan sebenarnya.

Aku pun ikut tes, namun hanya setengah hati. Alhamdulillah, aku pun tidak lolos.

No comments:

Post a Comment