Friday, September 24, 2010

Membantah Kiamat 2012

Posting ini adalah tulisan dari Pak Ma'rufin dalam FB-nya yang kemudian dikirimkan juga ke beberapa milis astronomi dan rukyat.

Islam merupakan agama yang senantiasa mendorong penganutnya untuk mempelajari ilmu dan aplikasinya pada teknologi dengan gairah yang menyala–nyala, bahkan setengahnya diwajibkan. Kita mengenal hadits Nabi SAW yang cukup populer, yang artinya “…mencari ilmu itu wajib hukumnya bagi kaum muslimin dan muslimah.” Ataupun hadits yang lain, yang artinya. “….tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina.” Meskipun hadits terakhir ini dianggap dhaif, namun esensinya (yakni menuntut) ilmu tidaklah kemudian lenyap begitu saja.
Islam menggarisbawahi bahwa ayat–ayat suci yang menjadi kalimah Allah SWT tidak hanya yang tertuang dan tercetak dalam kita suci saja, atau ayat–ayat yang tersurat (qauliyah). Namun juga sangat banyak ayat yang tersirat, yang terpampang di hadapan kita di alam semesta (ayat kauniyah). Berbeda dengan ayat qauliyah, ayat kauniyah ini harus ditelusuri lebih dahulu secara mendetil, kadang lewat jalan yang berliku, sebelum bisa menerjemahkan dan menafsirkan apa maksudnya dan apa pesannya bagi Umat Islam, umat terbaik yang pernah ada di Bumi.
Di dalam al–Qur’an, menurut Syaikh Jauhari Thanthawi pada tujuh dekade silam, terdapat sekurangnya 750 yang membahas tentang alam semesta. Jumlah ini bisa dibandingkan misalnya dengan 150 ayat yang membahas tentang fiqh. Satu hal yang disayangkan, meski jumlah ayat yang membahas alam semesta demikian banyak, namun prioritas pembelajarannya kalah jauh dibandingkan, misalnya, dengan pembelajaran ilmu fiqh. Perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam boleh dikata sedang mengalami masa kejumudan (kebekuan), yang barangkali disebabkan oleh terputusnya mata rantai ilmu pengetahuan akibat invasi Mongol ke Baghdad berabad silam. Namun di sisi lain juga disebabkan oleh kecenderungan “malas” berfikir akibat berkembangnya model–model esoteris yang cenderung eskapis (melarikan diri) dari realitas dunia.
Konsekuensi dari kebekuan ini sungguh luar biasa. Hingga kini hanya ada 2 ilmuwan Muslim yang pernah berdiri di panggung penerimaan hadiah Nobel. Hingga 2004, dari 46 negara Islam yang tergabung dalam OKI (Organisasi Konferensi Islam), dana yang dialokasikan untuk aktivitas ilmiah baru mencapai 0,45 % dari PDB (Produk Domestik Bruto). Ini sangat jauh dibanding negara–negara maju yang sudah mencapai angka 2,3 % dari PDB. Demikian pula dengan rasio cendekiawan (ilmuwan, teknisi, insinyur dll) terhadap penduduk keseluruhan. Di negara–negara Islam hanya ada 8,8 cendekia per 1.000 penduduk, bandingkan dengan 139,3 cendekia per 1.000 penduduk negara–negara maju (dinukil dari Dr. Agus Purwanto dalam buku "Ayat-Ayat Semesta").
Implikasi dari ketimpangan ini sungguh luar biasa. Umat Islam tidak bisa berkutik ketika masalah Palestina, Irak, Pakistan dan Afghanistan tidak jua terselesaikan. Umat Islam hanya menjadi pasar yang besar bagi vaksin virus H1N1 dan H5N1 yang sedang dikembangkan raksasa–raksasa farmasi dunia. Bahkan meski menjadi salah satu peletak dasar ilmu astronomi, Umat Islam tidak bisa berbuat banyak ketika astronom sedunia (yang rata–rata non muslim) berpesta pora dengan hasil–hasil bidikan teleskop ruang angkasa Hubble, Spitzer ataupun hasil misi–misi antariksa antarplanet. Di sisi yang lain, Umat Islam juga menjadi pasar yang empuk bagi program pembodohan massal, entah disengaja atau tidak, yang mewujud dalam aneka isu yang sebenarnya tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat. Seperti isu Kiamat 2012.
Kondisi ini tentu tak boleh dibiarkan berlarut–larut. Mari bangkit, mari memperbaiki diri, mari mulai berubah, mulai dari lingkungan sendiri, mulai dari hal yang kecil–kecil dan mulai dari hal yang sederhana. Kabarkanlah kebenaran meski hanya dari satu ayat.
Isu Kiamat 2012 pada hakikatnya hanyalah reproduksi (pengulangan kembali) isu sejenis yang sudah pernah muncul di masa sebelumnya. Ada isu yang “berhasil” dan banyak pula yang tidak. Di dunia Islam, isu kiamat sering dikaitkan dengan kemahdian (mesianisme) , dimana yang menonjol adalah munculnya Gerakan Qadyaniyyah (Ahmadiyyah) . Sementara di dunia non Islam, khususnya Kristiani, kaitannya hampir sama tapi lebih ditekankan kepada kedatangan juru selamat.
Seluruh isu kiamat yang pernah muncul, khususnya di masa kontemporer, adalah bohong. Meski di masa kontemporer pula kita mencatat isu kiamat tak jarang mengorbankan jiwa manusia yang tidak memahaminya. Seribu orang tewas bunuh diri massal akibat isu kiamat dalam sekte Kuil Rakyat (People Temple) pimpinan Jim Jones yang bermarkas di Jonestown, Guyana, pada awal 1980–an. 11 orang tewas akibat tebaran gas syaraf (sarin) oleh sekte Aum Shinrikyo pimpinan Shoko Asahara pada 1995 di Tokyo, Jepang. Dan 37 orang anggota sekte Heavens Gate tewas bunuh diri akibat isu kiamat yang berkaitan dengan datangnya komet Hale–Bopp. Nah, kira–kira siapa dan berapakah yang harus tewas sia–sia dengan berkecamuknya isu Kiamat 2012 ?
Isu Kiamat 2012 dinisbatkan kepada kebudayaan Maya, sebuah kebudayaan kuno yang mengagumkan di Amerika Tengah. Namun tetua Suku Maya sendiri tak pernah menyatakan bahwa kebudayaan Maya meramalkan kedatangan kiamat. Suku Maya memang mengagumkan, karena meski tak pernah menemukan roda, mereka bisa membangun piramida dan kota–kota yang sibuk sebelum kemudian berlebihnya jumlah penduduk memicu degradasi lingkungan yang menghilangkan mereka dari pentas peradaban, tepat ketika Nabi SAW mulai berhijrah ke Yastrib.
Ditinjau dari sudut pandang ilmu pengetahuan, khususnya astronomi, geologi dan geofisika, tak ada satupun aspek dalam isu Kiamat 2012 yang memiliki basis ilmiah kuat, terkecuali badai Matahari (sunstorm), itupun prediksi termutakhir menunjukkan sifat badai Matahari mendatang sangat berlawanan dengan apa yang dibayangkan para "penggemar" kiamat. Gerhana pusat galaksi, yakni tertutupinya pusat galaksi Bima Sakti oleh Matahari selama sesaat pada 21 Desember 2012 pukul 18:11 WIB, ternyata tak pernah bisa terjadi karena Matahari hanya sanggup menjangkau deklinasi - 23,5 sementara pusat galaksi ada di deklinasi -29. Pun demikian dengan penjajaran (konjungsi) besar planet–planet dalam tata surya, hanya ada Merkurius–Venus dan Venus–Bumi yang berjejeran searah ke Matahari pada dua kesempatan terpisah alias tidak saling bersamaan.
Terbelahnya benua, yang diawali dari lembah Dabbahu di Afrika timur, ternyata merupakan proses kontinyu yang sudah terjadi sejak 5 juta tahun silam sebagai bagian dari siklus Wilson dalam tatanan tektonik global, khususnya terkait dengan pembentukan dasar samudera dan pemekaran lantai samudera akibat pembentukan lempeng–lempeng tektonik baru. Aktivitas di kaldera Yellowstone ternyata lebih menjurus ke aktivitas bradyseismic dan sejarah menunjukkan ada selang waktu ribuan tahun antara bradyseismic dengan letusan besar sebagaimana ditunjukkan oleh perilaku kaldera Campania di Italia. Dan andaikata kaldera Yellowstone meletus pun, dengan volume kubahnya magmatik tersembunyinya (cryptodome) saat ini, letusanya hanya menyamai Galunggung 1982–1983 alias berada di kisaran skala VEI 5.
Tumbukan dengan planet X takkan pernah terjadi, karena bagaimana bisa terjadi tumbukan jika planet X sendiri hanyalah ilusi alias tidak pernah ada. Pun demikian dengan planet Nibiru, yang juga tak pernah ada. Andaikata Nibiru ada, pada hari-hari ini kita sudah akan bisa menyaksikannya dengan jelas sebagai benda langit bermagnitude +6 di belahan langit selatan, berdekatan dengan Awan Magellan Besar. Dengan magnitude tersebut, maka benda langit itu seharusnya sudah nampak dengan mata telanjang. Tumbukan dengan komet dan asteroid, meski potensial, sejauh ini dinisbatkan berada pada probabilitas nol (alias skala Torino nol) karena tidak terdeteksi adanya komet atau asteroid yang langsung mengarah ke Bumi. Dan andaikata siklus Shiva itu benar, dimana terjadi periodisasi hantaman benda langit seukuran +/- 10 km setiap 30 juta tahun sekali, maka tumbukan tersebut diidentifikasi sudah terjadi pada 0,78 juta tahun silam di atas Asia Tenggara.
Juga dengan isu memanasnya inti Bumi oleh neutrino yang dilepaskan Badai Matahari. Itu tak mungkin terjadi karena neutrino selalu dipancarkan setiap saat, tak perlu menunggu peristiwa badai Matahari, dengan jumlah luar biasa banyak (650 milyar neutrino per detik untuk tiap sentimeter persegi permukaan Bumi. Hanya sebagian sangat kecil neutrino yang bereaksi dengan materi, sesuai dengan sifat dasarnya yang sangat sulit bereaksi kecuali dalam proses interaksi lemah, satu dari empat gaya fundamental di alam semesta. Ketika jumlah yang bereaksi sangat kecil, menjadi tidak logis kalau jumlah yang sangat kecil itu mampu memanaskan Bumi, bukan ?
Hanya aspek Badai Matahari yang memiliki basis ilmiah. Itupun harus digarisbawahi bahwa Badai Matahari yang kemungkinan terjadi pada akhir 2012 / awal 2013, dengan prediksi mutakhir bergeser pada April - Mei 2014 lebih berdampak pada sistem elektronis yang ada di Bumi. Prediksi terakhir justru menunjukkan aktivitas Matahari yang kalem, dingin, dan jika mencapai puncaknya pada 2014 tersebut hanya akan nampak 40-an bintik Matahari, sebanding dengan yang dialami Bumi pada masa Dalton minimum dan berpotensi menggiring Bumi ke global cooling yang salah satu gejalanya sudah kita rasakan dalam bentuk penurunan suhu ekstrim di belahan Bumi utara. So, sangat berkebalikan dengan yang dibayangkan para "penggemar" kiamat bukan?
Andaikata badai matahari terjadi dengan kedahsyatan yang menyamai skala Carrington event 1859, kita mungkin akan kehilangan sinyal seluler untuk sementara, mengalami pemadaman listrik untuk sementara, ATM macet, trasportasi sedikit kacau dan sebagainya. Namun keimanan kita, ijtihad kita dan pesan – pesan yang ditinggalkan Baginda Nabi SAW dan para sahabat nabi serta para auliya kita, mengajarkan bahwa kita tak perlu merasa hal itu menjadi sebuah malapetaka, apalagi yang menghancurkan dunia. Satu kalimat hikmah menyebut “…kiamat akan terjadi pada hari Jumat, namun andaikata kiamat terjadi besok pagi, maka sore nanti tetaplah bertanam padi.”

1 comment:

My Free Zone said...

ingin lebih tahu ttg kiamat 2012,?
silahkan kunjungi blog saya , tukar link gan kalau bisa :)

Post a Comment