Idul Fitri tiba. Orang-orang berlomba ngasih ucapan. Ucapan
yang paling terkenal tentu “minal aidin wal faizin”. Banyak orang yang setelah
ngasih ucapan tersebut ke aku terus ngasih komentar macem-macem terkait namaku “faizin”.
Beberapa malah menduga bahwa aku lahir pas idul fitri sehingga dikasih nama
Faizin.
Dugaan tersebut 100% salah. Aku tidak lahir pada saat idul
fitri dan aku memperoleh nama Faizin bukan karena ucapan lebaran itu. Begini sejarah
otentiknya namaku:
Jaman dulu pas aku masih di kandungan, orang tuaku masih
tinggal di Purworejo di rumah mbahku (dari pihak Ibu). Saat itu di kampung
Ibuku ada dua orang yang namanya masing-masing Faizin dan Firdaus. Mas Faizin
itu adalah seseorang yang terkenal karena bacaan Al Qur’annya yang bagus.
Sementara Mas Firdaus itu terkenal karena pinter. Berdasarkan dua nama itu, pas
aku lahir aku dinamain Faidzin Firdhaus. Dalam nama itu terkandung doa agar aku
menjadi ahlul Qur’an dan cerdas secara ilmiyah. Wallahu a’lam, deh, doa
tersebut sudah terkabul apa belum.
Yang jelas akhirnya jadilah aku membawa dua nama itu ke
mana-mana. Kadang agak sulit juga sih mbawa nama yang spelling-nya sulit
seperti ini. Misalnya kalo ndaftar di layanan publik, beli tiket pesawat atau
bahkan sekedar nerima telpon di kantor. Tapi di lain pihak asyik juga punya
nama yang unique, tidak pasaran tapi tetap terkesan klasik.
Tapi pernah ada lho, pengalaman terkait namaku ini yang bikin aku tersipu malu kalo mengingatnya. Yaitu pas aku lagi proses khitbah istriku. Berhubung istriku dan teman-teman sekosnya adalah mahasiswi dirosat Islamiyah (yang juga mendalami bahasa Arab) keanehan namaku dari segi tata bahasa Arab mereka kupas habis di kos-kosan mereka sambil cekikikan. Aku yang diceritain sama istriku setelah menikah jadi agak keki, hehe.
No comments:
Post a Comment